http://ahlul-hadits.blogspot.com/2010/04/dahsyatnya-sakaratul-maut.html
v Di antara sekian banyak peringatan
dan pelajaran yang berharga adalah tatkala seorang hamba dengan mata kepalanya
sendiri menyaksikan sakaratul maut yang menimpa saudaranya. sehingga Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidaklah
berita itu seperti melihat langsung." (HR. At-tirmidzi dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu. lihat Ash Shahihah no. 135).
"Tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. sesungguhnya kematian ada
masa sekaratnya." (HR. Al-Bukhori).
v Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah
berkata : "Ini adalah berita dari Allah subhanahu wata'ala tentang keadaan
orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta rasa
sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah subhanahu wata'ala meneguhkan kita
dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan di akhirat). Dalam
hadist dijelaskan :
"Orang
yang mati syahid tidaklah mendapati sakitnya kematian kecuali seperti seseorang
yang merasakan sakitnya cubitan atau sengatan."
(HR.
At-tirmidzi no. 1668).
v Maksud
sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang
mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang
benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya.
Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi
telah tiba sakaratul maut dengan kematian.
- Dari Jami'u Al Bayan Fii
Tafsiri Al Quran (26/100-101) dan Fathul Qadir (5/75).
v Syaikh
Sa'di menjelaskan: "Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang
yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu
tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah
penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan
kesembuhan atau kenyamanan. Karena itu Allah berfiman:
"Dan dikatakan (kepadanya):
"Siapakah yang akan menyembuhkan?" artinya siapa yang akan
meruqyahnya dari kata ruqyah.
Pasalnya, mereka
telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka
bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan
tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),
maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya,
penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia
huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta'ala untuk dibalasi
amalannya, dan mengakui perbuatannya.
Peringatan yang
Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju
keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi,
orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat,
senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan".
- Dari Tafsir Al Karimi Ar Rahman Fi Tafsiri Kalami Al Mannan hlm. 833.
"Tatkala
kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: "Alangkah berat
penderitaanmu ayahku". Beliau menjawab: "Tidak ada penderitaan atas
ayahmu setelah hari ini"
- HR. Bukhari kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
"Aku tidak
iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan
kematian pada Rasulullah".
- HR. Tirmidzi kitab Janaiz bab penderitaan dalam kematian (979). Lihat
Shahih Sunan Tirmidzi (1/502 no: 979).
Dan penderitaan
yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk. Dalil
penguatnya ada pada firman Allah:
"Setiap jiwa akan merasakan mati". (Ali 'Imran: 185). Dan sabda Nabi:
"Sesungguhnya kematian ada kepedihannya". Namun tingkat kepedihan
setiap orang berbeda-beda.
- At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/50-51).
Ibnu Hajar
mengatakan: "Dalam hadits tersebut, kesengsaran (dalam) sakaratul maut
bukan petunjuk atas kehinaan martabat (seseorang). Dalam konteks orang yang
beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus
kesalahan-kesalahannya"
- Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari (11/363).
Pertama : Supaya
orang-orang mengetahui kadar sakitnya kematian dan ia (sakaratul maut) tidak
kasat mata. Kadang ada seseorang melihat orang lain yang akan meninggal. Tidak
ada gerakan atau keguncangan. Terlihat ruh keluar dengan mudah. Sehingga ia
berfikir, perkara ini (sakaratul maut) ringan. Ia tidak mengetahui apa yang
terjadi pada mayat (sebenarnya). Tatkala para nabi, mengabarkan tentang
dahsyatnya penderitaan dalam kematian, kendati mereka mulia di sisi Allah, dan
kemudahannya untuk sebagian mereka, maka orang akan yakin dengan kepedihan
kematian yang akan ia rasakan dan dihadapi mayit secara mutlak, berdasarkan
kabar dari para nabi yang jujur kecuali orang yang mati syahid.
Kedua : Mungkin akan terbetik di benak sebagian orang, mereka adalah para kekasih Allah dan para nabi dan rasul-Nya, mengapa mengalami kesengsaraan yang berat ini?. Padahal Allah mampu meringankannya bagi mereka?. Jawabnya, bahwa orang yang paling berat ujiannya di dunia adalah para nabi kemudian orang yang menyerupai mereka dan orang yang semakin mirip dengan mereka seperti dikatakan Nabi kita. Hadits ini dikeluarkan Bukhari dan lainnya. Allah ingin menguji mereka untuk melengkapi keutamaan dan peningkatan derajat mereka di sisi-Nya. Ini bukan sebuah aib bagi mereka juga bukan bentuk siksaan. Allah menginginkan menutup hidup mereka dengan penderitaan ini meski mampu meringankan dan mengurangi (kadar penderitaan) mereka dengan tujuan mengangkat kedudukan mereka dan memperbesar pahala-pahala mereka sebelum meninggal. Tapi bukan berarti Allah mempersulit proses kematian mereka melebihi kepedihan orang-orang yang bermaksiat. Sebab (kepedihan) ini adalah hukuman bagi mereka dan sanksi untuk kejahatan mereka. Maka tidak bisa disamakan".
Kedua : Mungkin akan terbetik di benak sebagian orang, mereka adalah para kekasih Allah dan para nabi dan rasul-Nya, mengapa mengalami kesengsaraan yang berat ini?. Padahal Allah mampu meringankannya bagi mereka?. Jawabnya, bahwa orang yang paling berat ujiannya di dunia adalah para nabi kemudian orang yang menyerupai mereka dan orang yang semakin mirip dengan mereka seperti dikatakan Nabi kita. Hadits ini dikeluarkan Bukhari dan lainnya. Allah ingin menguji mereka untuk melengkapi keutamaan dan peningkatan derajat mereka di sisi-Nya. Ini bukan sebuah aib bagi mereka juga bukan bentuk siksaan. Allah menginginkan menutup hidup mereka dengan penderitaan ini meski mampu meringankan dan mengurangi (kadar penderitaan) mereka dengan tujuan mengangkat kedudukan mereka dan memperbesar pahala-pahala mereka sebelum meninggal. Tapi bukan berarti Allah mempersulit proses kematian mereka melebihi kepedihan orang-orang yang bermaksiat. Sebab (kepedihan) ini adalah hukuman bagi mereka dan sanksi untuk kejahatan mereka. Maka tidak bisa disamakan".
- At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/48-50) dengan
diringkas
v "Seorang
hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka
malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka
mereka layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth
(wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang.
Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata:
"Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju
ampunan Allah dan keridhaannya". Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air
dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut
mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di
tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di
kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di
bumi.."
- HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab
pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).
v Dalam Firman-Nya: "Kamilah
pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para malaikat berkata
kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah
kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga
kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat,
dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupkan sangkakala dan kami
akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan
membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju
kenikmatan syurga".
-
Tafsiru Al Quranil 'Azhim (4/100-101).
Syaikh Asy Syinqithi mengatakan:
"Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang yang bertakwa, yang
melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-Nya akan diwafatkan para
malaikat yaitu dengan mencabut nyawa-nyawa mereka dalam keadaan thayyibin
(baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat, (ini) menurut tafsiran yang
paling shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa syurga dan menyambangi
mereka mereka dengan salam.
- Adhwaul Bayan (3/266).
v KABAR
BURUK DARI PARA MALAIKAT KEPADA ORANG-ORANG KAFIR.
Sedangkan orang kafir, maka ruhnya akan keluar dengan susah payah, ia tersiksa dengannya. Nabi menceritakan kondisi sakaratul maut orang kafir atau orang yang jahat dengan sabdanya:
"Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain- yang jahat jika akan telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat-malaikat yang kasar akan dari langit dengan wajah yang buruk dengan membawa dari neraka. Mereka duduk sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut hadir dan duduk di atas kepalanya dan berkata: “Wahai jiwa yang keji keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya". Maka ia mencabut (ruhnya) layaknya mencabut saffud (penggerek yang) banyak mata besinya dari bulu wol yang basah.
Sedangkan orang kafir, maka ruhnya akan keluar dengan susah payah, ia tersiksa dengannya. Nabi menceritakan kondisi sakaratul maut orang kafir atau orang yang jahat dengan sabdanya:
"Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain- yang jahat jika akan telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat-malaikat yang kasar akan dari langit dengan wajah yang buruk dengan membawa dari neraka. Mereka duduk sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut hadir dan duduk di atas kepalanya dan berkata: “Wahai jiwa yang keji keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya". Maka ia mencabut (ruhnya) layaknya mencabut saffud (penggerek yang) banyak mata besinya dari bulu wol yang basah.
- HR. HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab
pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).
http://almanhaj.or.id/content/2570/slash/0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar